Maksimalkan Inovasi Singkong dengan Nata de Cassava di Kampung Adat Cireundeu

Editor: Reporter: Sahrul Kamal

KAMPUNG Adat Cireundeu merupakan salah satu tempat eduwisata adat yang terletak di Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, Jawa Barat.

Adanya pepatah adat yang masih dipertahankan, membuat masyarakat setempat memiliki kebiasaan tersendiri di bidang kulinernya, yaitu “Teu Nyawah Asal Boga Pare, Teu Boga Pare Asal Boga Beas, Teu Boga Beas Asal Bisa Nyangu, Teu Nyangu Asal Dahar, Teu Dahar Asal Kuat.”

Arti pepatah tersebut yaitu, “Tidak punya sawah asalkan punya beras, tidak punya beras asalkan dapat menanak nasi, tidak punya nasi asal bisa makan, tidak makan asal bisa kuat.“

Baca Juga :  Aklamasi, Sayuti Haris Kembali Pimpin KONI Karawang

Tanpa sawah, masyarakat masih tetap memiliki beras meskipun bukan berasal dari padi. Beras khas Kampung Adat Cireundeu dibuat menggunakan singkong, atau akrab disebut Rasi (beras singkong).

Masyarakat beralih mengonsumsi singkong sejak tahun 1918 silam. Hal tersebut utamanya disebabkan oleh kondisi penjajahan pada saat itu, dan dilanjutkan dengan kepercayaan Sunda Wiwitan yang dianut masyarakat adat setempat. Pengembangan olahan singkong terus difokuskan dengan membangun pusat oleh oleh berupa UMKM Serba Singkong.

Baca Juga :  Pasien Positif Korona Tembus 20.796 Kasus, Jabar Sumbang 2 Ribu Kasus

Baca Juga: Ridwan Kamil Dukung Pelestarian Kampung Adat Kranggan di Bekasi

Olahan singkong yang ada diantaranya adalah dendeng, egg roll, cireng, pastel kering, keripik bawang, simping, kicipir, opak bumbu, saroja, cheese stick singkong, rasi tumpeng, rasi kuning, rasi goreng, brownies singkong, bolu singkong, cireng basah, pastel basah, kroket singkong, awug, tiwul, gemblong, comro, putri noong, surandil, dan minuman brandrek.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *